Menuju Masyarakat Muslim Madani

0
1939

Penduduk Cordova adalah para tokoh negeri dan orang terpandang dalam makanan, pakaian, kendaraan, dan ketinggian cita-citanya. Di dalamnya juga tinggal para pemuka ulama dan orang terhormat, serta para pionir pertempuran dan peperangan.

Gambaran mengenai masyarakat Cordova yang dilukiskan oleh Ibnu Al-Wardi dalam karyanya Kharridah Al-‘Aja’ib itu memang benar adanya. Kehidupan yang terjalin antar insan berjalan dengan amat serasi berkat adanya kesinambungan dalam penegakan hukum Islam. Cordova, benar-benar mampu mencapai zaman keemasannya ketika tampuk kekuasaan dipegang oleh Bani Umayyah yang bercorak Islam. Bukan hanya sekedar menjadi mercusuar peradaban dunia saja, namun juga berhasil membentuk karakter masyarakat madani dalam diri penghuni Cordova. Kedamaian dan ketentraman adalah suasana lumrah yang akan ditemui begitu memasuki komplek Ibukota Andalusia tersebut.

Bukti lain mengenai keefektifan kepemimpinan Islam dalam membentuk masyarakat madani juga telah muncul beberapa ratus tahun sebelum itu. Umat Kristen Koptik di Yerussalem dan Mesir lebih memilih untuk tunduk dalam kepemimpinan Islami –yang notabene merupakan musuhnya- dibandingkan dengan hukum kristen ala Romawi. Mereka merasa lebih damai jika yang memimpin mereka adalah utusan Khalifah dibanding rekan seagama mereka dari Romawi. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena, umat Kristen Koptik di Yerussalem dan Mesir selama ini sudah bosan ditindas oleh Gubenrnur Romawi mereka yang selalu berlaku semena-mena. Sedangkan Islam mendidik para pemimpinnya untuk tetap hidup sederhana, jujur, dan anti-korupsi meski mereka berada di puncak kekuasaan. Walhasil, beberapa saat kemudian, terciptalah kehidupan madani di Yerussalem dan Mesir di bawah kepemimpinan seorang sahabat Nabi: Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhu.

Meski cukup mencengangkan, dua kisah teratas ternyata belum cukup ‘ajaib’ untuk menjadi yang terhebat dalam sejarah dunia. Lalu, catatan sejarah mana yang paling menakjubkan?

Ternyata, bukti terhebat datang dari perjalanan hidup sang Nabi sendiri. Dalam jangka 13 tahun, beliau sukses mengubah penduduk Madinah Al Munawwaroh, yang ketika itu terjebak dalam perang saudara antara suku Aus dan Khazraj, menjadi masyarakat madani dengan berasaskan Al Qur’an dan As Sunnah. Semuanya dibangun dai nol. Padahal kelak, generasi hasil gemblengan sang Nabi di Madinah ini akan menjadi para founder dari peradaban Islam selama seribu tahun ke depan. Luar biasa, mengingat dalam waktu yang tergolong sangat singkat, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam berhasil menciptakan kehidupan mayarakat yang cerdas dan teratur sekaligus juga sukses mengkader generasi penakluk sesudah masa beliau.

Sejarah telah menorehkan begitu banyak bukti yang berserakan di hadapan kita. Namun, tetap saja hal itu tak membuat manusia-manusia sadar akan betapa potensialnya kepemimpinan Islami dalam membentuk karakter masyarakat madani. Indonesia, yang menempati posisi pertama dalam hal jumlah kaum Muslimin, seharusnya mampu mendidik penduduknya menjadi masyarakat madani. Namun yang terjadi malah sebaliknya. Pemerintah Indonesia, sama sekali tak mampu memaksimalkan potensi jumlah tersebut untuk menuju kehidupan masyarakat yang beradab. Meski lebih dari 81% penghuni Indonesia adalah kaum Muslimin, tetap saja Indonesia terpuruk di bawah dengan berbagai permasalahannya.

Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, menguasai teknlogi, toleran akan perbedaan, dan memahami betul akan pentingnya keseimbangan antara hak dan kewajiban. Sudahkah masyarakat Indonesia mencapai tahapan ini? Jelas, belum. Mendekati saja tidak.

Sejarah telah menunjukkan kepada kita, bahwa kunci dari segala permasalahan ini ada pada kepemimpinan Islami. Kok bisa? Jelas, karena Islam agama yang serba sempurna. Diciptakan oleh Pemilik semesta alam. Ajarannya bersifat universal dan tak pernah lekang dimakan waktu. Ia adalah solusi dari berbagai permasalahan lintas zaman. Termasuk berbagai masalah yang menimpa Indonesia pada hari ini. Yang dibutuhkan pada saat ini adalah keberanian kita untuk mendakwahkan Islam kepada segenap umat yang ada. Menyadarkan mereka bahwa masyarakat madani yang damai lagi tentram hanya akan muncul di bawah naungan kepemimpinan Islami, bukan yang lainnya. Mentarbiyah mereka yang masih merasa asing dengan agama rahmatan lil ‘alamin ini. Nah, setidaknya, itu akan menjadi awal yang baik untuk menuju masyarakat Indonesia yang madani, bukan?

Referensi:

  1. Raghib As-Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia, Cetakan Pertama, Pustaka Al Kautsar, Jakarta, 2011
Ditulis oleh Chairul Sinaga, santri kelas 3 Aliyah MATIQ Isy Karima]]>