Darinya sering terlontar kalimat-kalimat yang mengeraskan hati. Darinya juga dapat terlontar kalimat-kalimat pembawa pahala. Ketika kita dapat menjaganya dengan baik “dia” akan banyak mendatangkan manfaat dan dapat menambah iman serta orang lain yang mendengarkan, namun darinya dapat juga kita merugi karena mengucapkan kalimat kesia-siaan, mengucapkan ungkapan yang menyakitkan saudara seiman dan mengatakan ucapan dusta.
Perbincangan sangat berkaitan dengan luangnya waktu. Dimana banyak waktu luang disanalah akan banyak datang perbincangan. Disana akan banyak hadir ghibah, ucapan yang sia-sia, gurauan yang tak bermanfaat dan mengeraskan hati. Akan tetapi justru disukai dari luangnya waktu itu jika membincangkan pembahasan tentang sesuatu yang baik, membahas ilmu-ilmu Allah atau musyawarah yang mendatangkan maslahat bagi diri yang mengucapkan ataupun orang lain.
Perumpamaan yang di buat DR. ‘Aidh Bin Abdullah Al-Qorni bagi seorang ibu yang anaknya jatuh dari ketinggian, janganlah ia menyia-nyiakan waktunyka hanya untuk menagis dan menjerit tetapi berupayalah segera membalut lukanya1. Beginilah halnya lisan, ketika kita menyia-nyiakan waktu dan tidak bisa menjaga lisan dengan baik, semua yang kita ucapkan tidak dapat mendatangkan manfaat. Hendaknya bagi yang ingin menjaga lisannya dengan baik, segera memperbaiki diri dengan menggunakan waktu dengan baik, sehingga tidak ada waktu yang tersia-sia dikarenakan ucapan tidak bermanfaat.
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Tiada suatu ucapan yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qaaf: 18).
Dari ayat itu dapat kita ambil pelajaran, bahwa apa yang terucap dari mulut kita berupa kebaikan ataupun keburukan semua akan dicatat oleh malaikat yang mengiringi kita, sebagimana Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu juga mengatakan, semua perkataan baik ataupun buruk akan dicatat oleh malaikat.
Ajarkan mulut kita untuk senantiasa mengucapkan perkataan yang baik, bahkan disaat tertimpa musibah atau ujian sekalipun. Bukankah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam telah mengajarkan kita perkataan yang indah حَسْبُنَا اللهُ وَ نِعْمَ الوَكِيل نِعْمَ المَوْلىَ وَنِعْمَ النَصِير ketika kita tertimpa ujian.
Al-Qur’an banyak mengajarkan kita tentang perkataan-perkataan baik yang menendatangkan pahala serta disukai manusia. Perbanyaklah mengucap kalimat-kalimat thoyyibah disela-sela senggang waktu yang ada. Ajarkan “dia” tuk senantiasa mengucapkan ucapan yang Allah ridhoi agar segala sesuatu yang keluar darinya membawa manfaat.
Ajarkan “ia” mengucap kebaikan disetiap keadaan baik senang maupun sedih sebagai mana nabi kita Ya’kub ‘alaihissalam yang mengajarkan pada kita cara mengadu dan mengeluh kesah yang begitu indah kepada Allah, sebagaiamana termaktub dalam al-Qur’an surat Yusuf : 86 yang artinya “aku hanya mengadukan kesedihanku dan penderitaanku hanya kepada Allah, aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kalian ketahui”
Bukan hujatan, bukan keluhan dan bukan juga rengekan yang tak bermanfaat, tapi pengaduan seorang hamba kepada Sang Raja dari segala raja. Yang keluar dari mulutnya keluhan yang memembuahkan ampunan, keluahan yang membuat Allah ridho dan senantiasa mendengarkannya.
Bagi para penghafal Al-Qur’an, akan begitu sangat terlihat indah ketika sudah ada Al-Qur’an yang dibawanya dihiasi dengan akhlaq dan perkataan yang baik. Akan terlihat lebih harum dan lebih istimewa. Karena menjaga “dia”-pun tidak mudah. Butuh belajar, butuh teguran, butuh nasehat dan yang terpenting butuh keistiqomahan.
Wallahua’lam
Ditulis oleh Rifna Naurtina, Mahasiswi Semester 3, STIQ Isy Karima
]]>