Jika Anda membeli jeruk di pasar buah atau di swalayan, kira-kira jeruk mana yang akan Anda pilih :
- Jeruk manis yang aromanya harum,
- Jeruk manis yang tidak beraroma,
- Jeruk yang tidak manis tapi memiliki aroma, atau
- Jeruk yang tidak manis tapi juga tidak beraroma.
Pasti kebanyakan kita akan memilih nomor 1, sudah manis, aromanya harum pula. Nah, ketika kita membeli jeruk pasti yang pertama dicari adalah yang rasanya manis. Kenapa harus yang manis? Tujuan utama kita membeli jeruk biasanya adalah untuk dikonsumsi bukan dijadikan sebagai pengharum ruangan. Oleh karena itu buat apa beli jeruk yang aromanya harum tapi rasanya tidak manis. Kecuali, kalau memang ada orang yang beli jeruk hanya ingin mendapatkan manfaat harumnya saja.
Lantas kalau tujuannya hanya untuk mendapatkan rasa manis buah jeruk, mengapa tidak memilih jeruk nomor 2 saja? Rasanya manis tapi tak beraroma. Saudaraku… ketika kita dihadapkan dengan dua pilihan dan pilihan satu lebih baik dari lainnya, mengapa tidak memilih yang lebih baik?
Mari kita cermati bersama perkataan Rasulullah ini. Ternyata tipe buah jeruk ini bisa diumpamakan dengan keimanan seseorang. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَثَلُ المؤمن الذي يقرأ القرآن مثل الأُتْرُجَّة؛ ريحُها طيِّب وطعمُها طيِّب، ومَثَل المؤمن الذي لا يقرأ القرآنَ مثَل التمرة؛ لا ريحَ وطعمُها حُلو، ومثل المنافق الذي يقرأ القرآن مثل الرَّيحانة؛ ريحُها طيِّب وطعمُها مُرٌّ، ومثل المنافق الذي لا يقرأ القرآن كمثل الحنظلة؛ ليس لها ريحٌ وطعمُها مُرٌّ
Artinya : “Perumpamaan orang mu’min yang membaca al-Qur’an seperti buah Utrujah yang baunya harum dan rasanya enak. Dan perumpamaan orang mu’min yang tidak membaca al-Qur’an seperti buah Tamr (kurma kering) tidak berbau dan rasanya enak. Dan perumpamaan orang munafiq yang membaca al-Qur’an seperti Rayhanah yang baunya harum dan rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafiq yang tidak membaca al-Qur’an seperti buah Hanzholah yang tidak memiliki aroma dan juga rasanya pahit. (HR. Bukhari dan Muslim)
Buah jeruk yang manis dan beraroma bisa kita samakan dengan buah Utrujah yang baunya harum dan rasanya enak. Rasa manis pada jeruk bisa kita ibaratkan dengan keimanan seseorang. Iman tidak bisa dilihat secara zhahir, karena iman adalah amalan batin. Hanya Allah yang mengetahui tingkat keimanan seorang hamba. Setiap orang yang memiliki keimanan dalam hatinya (baca keislaman), adalah orang yang baik dan memiliki nilai plus. Meskipun orang Islam itu sholatnya masih belang betong, sehari sholat sehari enggak, selama dia masih memiliki iman kepada Allah, Malaikat Allah, Kitabullah, Rasulullah, hari kiamat maupun takdir baik dan takdir buruk. Seorang preman sekalipun ketika dia masih Islam dia masih memiliki nilai plus. Nah, makanya orang mu’min itu ibarat jeruk yang rasanya manis.
Sayangnya manis saja belum cukup. Alangkah lebih baik lagi bila buahnya manis dan baunya juga harum, seperti Utrujah. Manis sudah kita umpamakan dengan iman. Adapun untuk aromanya bisa kita umpamakan dengan amalan sholih secara zhahir yang dilakukan seseorang. Karena aroma bisa kita ketahui tanpa harus mengupas kulit jeruk terlebih dahulu, berbeda dengan rasa manis. Untuk mengetahui rasa manis kita harus mengupas kulitnya terlebih dahulu dan mencicipi jeruknya. Untuk hadits di atas perumpamaan aroma harumnya adalah tilawah al-Qur’an. Perpaduan yang sempurna bukan? Beriman, rajin baca al-Qur’an pula. Sama seperti jeruk manis yang aromanya harum?
Permisalan yang kedua adalah seperti buah Tamr yang rasanya enak tapi tidak beraroma. Mirip dengan jeruk manis tapi tidak beraroma. Sebelumnya sudah disebutkan jika manis itu ibarat iman seseorang, sedangkan amalan sholih ibarat aroma harumnya buah. Perumpamaan ini seperti orang beriman yang amalan sholihnya belang betong. Maksudnya beriman tapi jarang shaum sunnah, shodaqoh atau melaksanakan sholat seperti shaum daud, sehari sholat sehari tidak….(wal iyazhubillah). Adapun amalan sholih yang dimaksud dalam hadits di atas adalah tilawah al-Qur’an. Jadi orang beriman yang jarang membaca al-Qur’an seperti buah tamr yang rasanya manis tapi tidak beraroma. Atau seperti buah jeruk yang manis tapi tidak ada aromnya.
Permisalan yang ketiga adalah Rayhanah, baunya harum tapi rasanya pahit. Atau seperti buah jeruk yang aromanya harum tapi rasanya pahit. Permisalan ini mirip dengan orang munafiq yang sering baca al-Qur’an. Orang munafiq tidak memiliki keimanan dalam hatinya. Dalam ucapan mengatakan iman tapi dalam hati mengingkari. Allah menyebutkan ciri-ciri orang munafiq dalam surat an-Nisaa ayat 143 :
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا (142) مُذَبْذَبِينَ بَيْنَ ذَلِكَ لَا إِلَى هَؤُلَاءِ وَلَا إِلَى هَؤُلَاءِ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ سَبِيلًا (143)
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.(42) Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir), maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya. (43)”
Golongan orang seperti ini tidak akan terasa manisnya karena tidak ada iman dalam hatinya. Seperti permisalan kita di atas iman sama dengan manis. Yang jadi pertanyaan adalah adakah orang munafiq yang rajin membaca al-Qur’an?
Jawabannya ada, bahkan banyak. Sekarang ini tidak sedikit orang mengaku sebagai seorang Muslim, berpenampilan sangat meyakinkan layaknya ustadz atau ustadzah. Tapi ternyata ianya adalah seorang misionaris. Masih ingat dengan kisah Snouck Hourgronje atau nama Islamnya Abdul Ghaffar? Seorang mata-mata Belanda yang berpura-pura memeluk Islam supaya bisa menetap di Mekkah. Bukan hanya itu, nama seorang Snouck Hourgronje juga ada dalam sejarah Indonesia.
Orang yang memiliki nama Islam Abdul Ghafur ini adalah spionase Belanda yang berpura-pura menjadi muallaf untuk melemahkan kekuatan masyarakat Islam Indonesia pada waktu penjajahan Belanda. Karena pada waktu itu kekuatan santri adalah lawan yang menakutkan bagi Belanda. Orang seperti Snouck Hourgronje ini adalah tipe orang seperti Rayhanah, baunya harum tapi rasanya pahit. Atau seperti jeruk yang baunya harum tapi rasanya asem.
Kemudian contoh yang terakhir adalah buah Hanzholah, rasanya pahit dan tidak beraroma pula. Dalam hadits di atas buah hanzholah ini diibaratkan dengan orang munafiq yang tidak pernah membaca al-Qur’an. Sama seperti jeruk asem yang tidak ada aromanya. Ini adalah permisalan terburuk di antara permisalan lainnya dalam hadits di atas. (Semoga Allah senantiasa menjaga keimanan kita sampai akhir hayat kita…. Aamiin)
Dalam hadits Rasulullah mengumpamakan orang munafiq yang tidak pernah membaca al-Qur’an seperti buah Hanzholah yang pahit dan tak beraroma. Buah Hanzholah ini berduri dan rasanya pahit sekali. Onta adalah hewan yang doyan makanan apa pun. Buah berduri sekalipun bisa dimakan olehnya. Tapi ketika ditawari buah Hanzholah ini dia tidak mau memakannya. Dapat dikatakan bahwa buah hanzholah ini adalah seburuk-buruk buah yang ada.
Permisalan yang terakhir ini kalau kata peribahasa udah jatuh tertimpa tangga. Lho koq gitu? Allah berkalam dalam surat an-Nisaa ayat 145 :
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا (145)
“Sesungguhnya orang-orang munafiq itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.”
Orang munafiq di dunia tidak mendapatkan manisnya iman, dan di akhirat ditempatkan di neraka terbawah tanpa penolong. Naudzubillah (semoga kita tidak termasuk golongan mereka..Aamiin).
Lantas jeruk manakah yang Anda pilih? Jeruk nomor 1, 2, 3 ataukah 4.
Wallahu a’lam bishowab
Ditulis oleh Imanulfa, Mahasiswi STIQ Isy Karima
]]>