Mengapa Al-Qur’an Disebut Mukjizat?

0
53045

Suatu hari Ustadz Apip Najaruddin, membuka halqah tahfizh sore dengan dua buah pertanyaan. Pertanyaan pertama : “Mengapa al-Qur’an dijadikan sebagai mukjizat bagi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam? Pertanyaan kedua : “Apa yang membuat al-Qur’an dijadikan mukjizat sementara kitab-kitab sebelumnya (zabur, taurat dan injil) tidak dijadikan sebagai mukjizat?” *kira-kira inti pertanyaannya seperti ini*

Kami diberi kesempatan untuk memikirkan jawabannya hingga usai tasmi’. Mengapa al-Qur’an dijadikan mukjizat? Karena al-Qur’an terpelihara keasliannya hingga hari kiamat, ucap salah seorang dari kami. Karena al-Qur’an adalah pelengkap kitab-kitab sebelumnya, ucap teman lainnya. Karena al-Qur’an mencakup berbagai aspek kehidupan yang dijadikan pedoman hidup bagi manusia, ucap salah seorang lainnya.

Semua jawaban di atas tepat, tapi masih ada yang lebih tepat dari jawaban-jawaban itu. Untuk menjawab soal ini, mari kita flashback sejenak. Masih ingat dengan mukjizat Nabi Musa ‘alaihissalam? Ya… sebuah tongkat yang dapat berubah menjadi ular. Dan masih ingatkah dengan musuh tangguh Nabi Musa di kala itu? Dialah Fira’un yang teramat sangat congkak hingga mengaku dirinya sebagai Tuhan. Kala itu, Fir’aun terkenal dengan para penyihirnya yang luar biasa. Oleh karena itu Allah memberi mukjizat kepada Nabi Musa ‘alaihissalam, salah satunya adalah tongkat yang bisa berubah menjadi ular untuk menandingi para penyihir tadi. Walhasil para penyihir Fir’aun terpana dengan kemukjizatan Nabi Musa ‘alaihissalam. Serta merta mereka menjatuhkan diri, bersujud seraya berujar “Kami telah percaya kepada Rabb-nya Harun dan Musa.”

Bagaimana dengan kisah Nabi Sulaiman? Masih terbayangkah Anda dengan kisah Nabi yang diberi Allah kelebihan bisa berbicara dengan binatang. Suatu hari salah satu tentaranya yang bernama Hud-hud tak kunjung datang memberi laporan. Nabi Sulaiman berjanji akan menghukumnya dengan sanksi yang berat bila Hud-hud tidak memberi alasan yang jelas atas keterlambatannya. Kemudian yang dinanti pun hadir dengan berita luar biasa, hasil travelling-nya ke negeri Saba’. Hud-hud mendapat seorang perempuan memerintah negeri ini dan dianugerahi kekayaan melimpah dan singgasana besar. Dia mendapati masyarakat negeri ini menyembah matahari.

“Akan kami lihat, apakah kamu jujur ataukah pendusta”, ucap Nabi Sulaiman mendengar penjelasan Hud-hud. Beliau pun mengutus burung ini mengirim sepucuk surat cinta kepada ratu negeri Saba’. Surat cinta dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Surat cinta berisi ajakan ber-Islam dan undangan berkunjung ke kerajaan Nabi Sulaiman. Muncul keraguan dalam benak ratu cantik dengan kekayaan melimpah ini. Para pembesar kerajaan dipanggilnya untuk membantu menyelesaikan perkara ini.

“Kita memiliki pembesar dan keberanian yang luar biasa untuk berperang, tetapi keputusan ada di tanganmu. Maka pertimbangkanlah apa yang akan engkau perintahkan,” nasihat para pembesar.

“Sesungguhnya raja-raja apabila menaklukkan suatu negeri, mereka tentu membinasakannya dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina. Dan demikianlah yang akan mereka perbuat,” ucap Ratu negeri Saba’ khawatir. Singkat cerita Ratu ini memilih untuk berserah diri dan menyembah Rabb-nya Nabi Sulaiman ‘alaihissalam.

Dan ingatkah anda sekalian akan kelebihan yang Allah berikan kepada penerus Nabi Daud ‘alaihissalam ini? Kekuasaan dan harta melimpah. Mengapa? Karena Nabiullah ini diutus kepada kaum penyembah matahari yang penguasanya memiliki kekuasaan dan banyak harta. Maka untuk menandingi hal itu Allah memberikan kelebihan berupa kekuasaan dari golongan jin dan manusia juga kekayaan yang melimpah ruah.

Selanjutnya mari kita cermati kisah Nabi ‘Isa ‘alaihissalam putra Maryam. Allah memberikan mukjizat kemampuan untuk menyembuhkan orang sakit dan menghidupkan orang yang sudah meninggal. Karena di masa beliau banyak tabib-tabib yang bisa menyembuhkan orang sakit.

Kembali kepada al-Qur’an, mengapa al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam sebagai mukjizat? Sebelum Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam diutus, bangsa Arab terkenal dengan jahiliahnya. Kejahiliahan ini bukan karena mereka buta huruf dan terbelekang secara materi. Kalaulah seperti itu adanya untuk apa ‘Amr bin Hisyam harus digelari dengan Abu Jahl, yang berarti biangnya kejahiliahan?

Abu Jahl adalah seorang yang pandai baca tulis. Bukan hanya itu, dia juga seorang penyair. Dan banyak petinggi Quraisy sebelum Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam diutus adalah seorang penyair. Syair-syair yang mereka buat tersusun dengan bahasa yang sangat indah. Mereka berlomba-lomba membuat syair, dan syair terindah akan dipajang di kiswah Ka’bah.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam diutus di tengah penyair yang beretika jahil ini. Bersama beliau Allah turunkan al-Qur’an dengan bahasanya yang terindah sejagad raya. Para penyair ini tidak terima ada lelaki dari kaumnya yang membawa kebenaran dengan bahasa yang sangat indah. Sejatinya mereka meyakini bahwa al-Qur’an berasal dari Allah, tapi mereka gengsi untuk mengakuinya, karena berarti mereka harus mengakui bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah dan pembawa kebenaran.

Mereka pun berkata “al-Qur’an ini hanyalah sihir yang dipelajari dari orang-orang terdahulu. Ini hanyalah perkataan manusia.” (Al-Muddatsir : 24-25)

 “Dia Muhammad hanya mereka-rekanya (al-Qur’an)” Allah menantang mereka untuk membuat yang semisal dengan al-Qur’an jika mereka adalah orang yang benar. (Ath-Thur : 34)

Ternyata mereka tidak mampu dan Allah menantang mereka untuk mendatangkan sepuluh surat saja semisal al-Qur’an. “Kalau demikian adanya datangkanlah sepuluh surat semisal dengan al-Qur’an yang dibuat-buat. Dan ajaklah siapa saja di antara kamu yang sanggung selain Allah, jika kamu orang yang benar,” (Huud : 13)

Ternyata mereka tidak sanggup juga untuk mendatangkan sepuluh surat semisal dengan al-Qur’an. “Dan jika kamu meragukan al-Qur’an yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah jika kamu orang-orang yang benar.” (Al-Baqarah : 23)

Kemudian muncullah Musailamah al-Kadzab bak pahlawan membuat sebuah surat untuk menandingi al-Qur’an :

الفِيل وَمَا أَدْرَاكَ مَا الفِيل، لَهُ ذَنْبٌ وَذَيْلٌ، وَخَرْطُوم طَوِيْل، أَن هَذَا مَنْ خَلَقَ رَبِنَا الجَلِيل

Ia mencoba meniru surat al-Fiil yang Allah buat. Tetapi tetap saja bahasa yang digunakan tidak dapat menandingi keindahan surat al-Fiil dalam al-Qur’an. Bahasa al-Qur’an adalah bahasa terindah sepanjang masa. Seorang Barat seperti E.H. Parmer dalam The Quran nya mengakui bahawa penulis Arab terbaik manapun tidak pernah berhasil memproduksi sesuatu dalam tingkat yang sama dengan al-Qur’an.

Dan mengapa hanya al-Qur’an yang dijadikan mukjizat sementara kitab-kitab terdahulu sebelum al-Qur’an bukanlah mukjizat? Ada sebuah label jaminan yang Allah berikan untuk al-Qur’an. Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (Al-Hijr : 9)

Al-Qur’an terjaga orisinilitasnya hingga akhir zaman. Dan penjaganya adalah sebaik-baik penjaga sepanjang masa, Allah subhanahu wa ta’ala. Periwayatannya pun mutawatir –melalui banyak jalur terpercaya- sejak 1400 tahun lalu. Berjuta orang merekamnya dalam memori sampai huruf, tanda baca atau bahkan satu titik pun tak terlewat. Merekalah para penegak panji Islam, para keluarga Allah, sang hamalatul qur’an.

Bandingkan dengan kitab-kitab lain, Allah tidak memberi jaminan akan penjagaannya. Penjagaan kitab-kitab suci terdahulu hanya dipasrahkan kepada orang-orang mulia utusan Allah yang tidak lain hanyala seorang makhluk. Penghafal kitab-kitab itu juga tidak ditemukan. Jadilah kitab-kitab itu musnah dan tidak dapat ditemukan sekarang ini. Ini adalah skenario hebat buatan Allah, karena Allah tau bahwa akan ada kitab pelengkap kitab-kitab sebelumnya. Kitab sempurna yang merangkum seluruh jalan hidup manusia untuk menggapai Jannah-Nya. The only one right path for the human being. Itulah sabab musabab kemukjizatan al-Qur’an.

Wallahu ta’ala a’lam

]]>