Al-Qur’an, kitab suci yang Allah wahyukan kepada rasul-Nya Muhammad salallahu ‘alaihi wasallam ribuan tahun yang lalu. Kitab suci yang hadirnya ditengah ummat menjadi problem solver bagi setiap permasalahan yang ada. Kitab suci yang Allah jaga kemurniannya hingga hari akhir, sebagaimana yang Allah kalamkan dalam surat al-Hijr ayat 9 :
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا ٱلذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحٰفِظُونَ
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya
Begitu banyak keistimewaan al-Qur’an, begitu mulianya ia, hingga Allah menjanjikan berbagai macam balasan kebaikan bagi orang-orang yang memuliakannya. Ada 10 kebaikan di setiap huruf yang engkau baca meskipun dengan terbata – bata, ada naungan malaikat di setiap majelis yang mengkaji al-Qur’an, ada mahkota indah berkilau yang sinarnya lebih terang dari sinar matahari bagi para orangtua yang anaknya hafal al-Qur’an, mahkota itu untuk kedua orangtuanya, lalu sebesar apalagi “hadiah” yang Allah sediakan bagi para penghafal qur’an?? Allah…. Betapa besar rahmat dan kuasa-Mu.
Membacanya saja sudah dapat pahala berlimpah ruah, apalagi jika dilanjutkan dengan menghafalnya, mentadabburinya, mengajarkannya, lalu mengamalkannya, Masya Allah, bisa panen pahala setiap hari. Sebegitu istimewanya kah?, Tentu. Bahkan Allah menyebut mereka (para penghafal Qur’an) sebagai Ahlullah, “keluarganya Allah”. Tentu kita semua mengetahui apa makna “keluarga”, ada ikatan yang sangat dekat disana, saling menjaga, saling menolong, saling mengasihi. Lalu bagaimana jika ikatan itu ada diantara diri kita dengan Allah, Rabb semesta alam? Bukankah itu suatu kenikmatan luar biasa yang tiada tara?
Tapi semuanya tidak seringkas itu, tak hanya berhenti pada proses menghafal saja, karena tak ada artinya ketika engkau disebut-sebut sebagai seorang hafidz al-Qur’an, sedangkan al-Qur’an itu sendiri hanyalah menjadi kitab usang di hatimu. Kitab usang yang jangankan membacanya, membukanya saja engkau enggan. Wahai saudaraku, al-Qur’an diturunkan bukan hanya sekedar dibaca dan dihafalkan, tapi juga untuk ditadabburi dan diaplikasikan pada akhlak kepribadian kita.
Seseorang yang di hatinya ada al-Qur’an tak akan pernah merasa mati, karena al-Qur’an dapat melembutkan hati yang keras, melapangkan hati yang sempit. Dengan apa? Ketika kita membaca al-Qur’an dan mentadabburinya, akan kita dapatkan di dalamnya ayat-ayat yang berbicara tentang pedihnya siksa neraka, yang membuat kita semakin ingin berdekat dekat dengan Allah, berlindung kepadaNya dari siksaan itu. Semoga kita semua terbebas dari dahsyatnya siksaan api neraka.Aamiin. Adapula didalamnya ayat-ayat yang menceritakan kenikmatan surga yang sangat luar biasa, yang ketika membacanya membuat kita semakin ingin berdekat dekat dengan Allah, memohon kepadaNya agar dimasukkan kedalam golongan yang mendapatkan nikmat kekal abadi. Semoga kita semua dikumpulkan di surga firdaus bersama para nabi-Nya. Aamiin.
Dalam hadits nabi shalallahu ‘alaihi wasallam disebutkan : “sesungguhnya seseorang yang di dalam dadanya tidak terdapat sebagian ayat dari al-Qur’an bagaikan rumah yang tidak ada penghuninya”. (HR At-Tirmidzi dan berkata , “hadits hasan sahih”, Al-Hakim, dan Al-Baihaqi juga menyatakan sahih).
Al-Qur’an 30 juz dihafal semua? Apa mungkin?, Sangat mungkin. Sudah ribuan bahkan jutaan orang yang dapat menghafalkannya, dari zaman nabi, sahabat, tabi’in, para alim ulama bahkan hingga zaman sekarang ini. Dan itulah salah satu cara Allah menjaga kemurnian kitab ini dengan menyimpannya di dada para penghafal al-Qur’an. Menghafal al-Qur’an memang tak semudah membalikkan telapak tangan, tapi pun tidak sesulit memindahkan gunung. Ada suka duka didalamnya, maka perlu disertai dengan kesabaan dalam menghafalkannya. Disamping kesabaran, ada satu hal yang sangat penting yang kita butuhkan dalam menghafalkan al-Qur’an, yaitu kesyukuran. Rasa syukur karena Allah telah memberi kita kesempatan untuk menyibukkan diri dengan mengeja dan terus mengulang kalamNya. Maka dari itu, jangan jadikan hati kita bagai rumah tak berpenghuni, jadikan hati kita hidup, jadikan ia tentram dibawah naungan al-Qur’an.
Wallahu a’lam.
Ditulis oleh Siti Munawaroh, Mahasiswi STIQ Isy Karima
]]>