Pernahkah anda marah dengan teman atau saudara anda? Atau kalian saling marah bahkan tanpa sebab yang jelas? Dalam berteman, hal seperti itu wajar terjadi. Justru malah akan memberikan hal tersendiri bagi kita yang mengalaminya. Entah itu kita yang semakin bisa mengerti dia, atau kita yang semakin dewasa karena menyikapi masalah tersebut. Namun tak jarang pula diantara mereka ada yang berlarut-larut saat marah melanda sampai melebihi batas yang telah Rosulullah larang, yakni melebihi dari tiga hari. Sebagaimana di katakan dalam kitab Al-Wâfiy fi al-Syarh al-Arba’în al-Nawawiyyah berikut ini;
Dalam makna “La Tadâbur” adalah yang di kehendaki dari sabda Nabi shallallahu alihi wasallam :
عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ، يَلْتَقِيَانِ فَيَصُدُّ هَذَا وَيَصُدُّ هَذَا، وَخَيْرُهُمَا الَّذِي يَبْدَأُ بِالسَّلَامِ »
“Dari Abiy Ayûb al-Anshâriy, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam ‘bersabda; “Tidak halal seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga malam dimana keduanya bertemu lalu yang ini berpaling dan yang itu berpaling. Yang terbaik di antara keduanya ialah orang yang memulai mengucapkan salam. ”(HR. Muslim, Hadits No. 2560).“{1}
Maksud dari hadits diatas ialah, haram bagi seorang muslim memutuskan hubungan antara dirinya dengan saudara muslimnya yang lain, yang mana dilakukan karena urusan duniawi semata. Adapun jika mendiamkannya dikarenakan urusan syari’at agama, maka dibolehkan melakukannya lebih dari tiga hari. Hal itu didasarkan pada hukuman yang pernah dijatuhkan Rosulullah Saw kepada tiga sahabat yang tidak mengikuti perang Tabuk. Beliau telah memerintahkan semua umat islam, untuk tidak berbicara dengan sahabat tersebut selama tiga puluh hari. Demikian pula diperbolehkan menjauhi (menghajr) orang-orang yang senantiasa melakukan bid’ah, pengikut hawa nafsu atau penganut paham-paham sesat.
Dalam islam, seorang saudara muslim yang baik itu memiliki banyak kriteria. Setidaknya beberapa kriteria diantaranya :
Ia memiliki akhlak yang baik, tidak mudah tersinggung dan marah, tidak sombong, rendah hati tanpa menghinakan diri, toleran dengan teman namun tidak lemah, wajahnya berseri-seri.
Jika ia mendengar seruan dari rumah Allah, dia segera mendatanginya. Jika engkau menderita, dia akan segera menjengukmu. Jika engkau tidak ada, dia akan merasa kehilangan dan menanyakan perihalmu. Jika keburukan mendekatimu, dia segera menghalaunya. Bahkan ia juga memusuhi orang yang engkau musuhi. Dia akan menjaga rahasiamu dibelakangmu. Dia akan berusaha menghibur dikala kau tengah gundah. Dia akan segera berusaha melapangkan urusanmu tatkala engkau berada dalam kesempitan. Dia selalu mengajakmu dalam hal kebaikan, selalu mencurahkan rasa kasihnya, menyelamatanmu dari perbuatan haram, dan mendekatkanmu pada hal yang halal. Dia sangat berbakti kepada kedua orangtuanya penyayang pada anak kecil, serta menghormati yang tua.
Bila kamu mendiamkannya, maka ia akan mulai mengajakmu bicara. Bertemanlah kamu dengan teman yang jika kamu berbicara, ia akan membenarkan perkataanmu. Sebagaimana para sahabat Nabi bergaul dengan beliau. Yang mana satu orang dari mereka setara dengan satu ummat. Karena kesempurnaan iman, kejujuran, akhlak, kesetiaan, keperwiraan, kecerdasan serta keadilan mereka.
Bertemanlah anda dengan seorang yang shaleh. Seorang teman itu dapat membawa kita, entah itu kearah yang baik atau sebaliknya. Jadikan ia seorang teman dunia dan akhirat. maksudnya, teman dalam segala urusan dunia yang akan menghantarkan kita dengan selamat diakhirat kelak.
Nah,,, silahkan perhatikan teman anda. Apakah mereka termasuk teman dunia dan akhirat, atau justru sebaliknya. Wallahua’lam.
Ditulis oleh Layla El-Fyah, Mahasiswi STIQ Isy Karima
]]>