يَا بَنِي آدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ
Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman. (7:27)
Tahukah sahabat pembaca, apa penyebab diusirnya nenek moyang sekalian insan, Nabi Adam ‘alaihissalam berikut istrinya, Siti Hawa, dari taman-taman indah nan kekal di firdaus sana? Ternyata tak jauh-jauh dari urusan pakaian!
Ya, kala itu Iblis memperdaya mereka untuk memakan buah pohon khuldi, sejenis tanaman di surga yang telah dilarang Allah untuk didekati keduanya (lihat, jangankan memakan buahnya, mendekati saja dilarang…). Agar tampak lebih meyakinkan, iblis bahkan bersumpah bahwa dia merupakan penasehat yang baik bagi keduanya. Dan, bingo, gayung pun bersambut. Adam ‘alaihissalam beserta Siti Hawa tergoda dengan bujuk rayu iblis. Keduanya lantas memakan buah khuldi tersebut. Terbuai dengan tipu daya sang dedengkot setan, hingga melupakan larangan Sang Khalik.
Dan, wuuuuuussssshhhhh, seketika angin bertiup menyingkap aurat keduanya, genap setelah keduanya mencicipi buah itu. Dengan penuh rasa sungkan, Adam ‘alaihissalam kemudian memetik beberapa dedaunan surga guna menutupi aurat mereka berdua. Kemudian datanglah panggilan Rabb mereka, menyeru “Bukankah telah Aku larang kalian untuk mendekati pohon ini? Dan telah Aku katakan kepada kalian bahwa sesungguhnya Iblis adalah musuh yang nyata bagi kalian berdua? Maka turunlah kamu sekalian ke Bumi, saling bermusuhan satu sama lain (maksudnya antaraIblis dan keturunan Nabi Adam-pen). Disana kamu akan hidup, disana kamu akan diwafatkan, dan disana pula kamu akan dibangkitkan kelak.”demikian titah Sang Penguasa alam sebagaimana termaktub dalam Surat Al-‘Araf ayat 22-25.
Begitulah. Penyebab utama diturunkannya Nabi Adam ‘alahissalam beserta istrinya adalah karena kealfaan mereka dalam mengikuti perintah Allah. Membuat aurat keduanya tersingkap berkat tipu daya Iblis. Dari situlah, Allah lantas menurunkan peringatan sekaligus pembelajaran bagi manusia untuk tidak terperosok dalam kesalahan yang sama. Lewat kalam-Nya dalam surat Al-‘Araf ayat 27 di atas, kita semua diingatkan agar jangan sampai mengulangi kesalahan yang serupa: terjebak dalam tipu daya setan, lalu menanggalkan pakaian yang menyelimuti tubuh, dan mengumbar aurat tanpa peduli rasa malu.
Lalu, bagaimana perihal kondisi bani Adam pada hari ini? Jauh panggang dari api! Dimana-mana tampak pemandangan manusia dengan pakaian minim. Kian mengkerut setiap harinya. Kian mengecil setiap minggunya. Kian menipis setiap tahunnya. Gak di Indonesia, gak di China, gak di Swedia, gak di Afrika Selatan, semua sama. Cukup dengan berkunjung ke pusat peradaban –entah itu diskotik, mall, food court, atau bahkan kampus sekalipun–pasti akan sahabat pembaca temukan fenomena yang serupa, bejibun terpampang di hadapan mata tanpa bisa dicegah. Sungguh, tidak habis pikir melihat perilaku penduduk dunia saat ini. Secara nyata mereka telah mengesampingkan peringatan tersebut, tak mengindahkan sama sekali akan murka Allah bilamana tiba hari pembalasan di Padang Mahsyar kelak. Apakah manusia telah melupakan sejarah masa lampau? Amnesia dengan segala pembelajaran tersebut? Atau jangan-jangan, setan yang sudah terlalu dalam merecoki benak para insan dengan bisikan sesatnya?
Apapun itu, yang terpenting, telah tiba di hadapan kita satu pelajaran penuh hikmah. Datang dari ribuan, bahkan jutaan tahun yang lalu, ketika manusia diturunkan pertama kali ke bumi. Mengundang inspirasi, menimbulkan aspirasi, dan membentuk jati diri manakala mampu disikapi dengan penuh bijak. Kecantikan sejati tidak muncul dari mengumbar bentuk tubuh. Namun, ia akan menguar sempurna manakala diselimuti ketakwaan terhadap Sang Pencipta. Hijab ada bukan untuk mengurangi keelokan diri seorang wanita. Ia hadir untuk memerdekakan wanita dari penjajahan yang dilakukan mata para lelaki saat memandanginya dengan penuh hawa nafsu. Bahkan dengan hijab pula, seorang wanita akan tampak sempurna kecantikannya, bermetamorfosa menjadi berlian paling cemerlang di dunia. Salah besar jika menganggap Islam menentang keindahan. Karena telah bersabda sang Nabi, “Sesungguhnya Allah adalah Dzat yang Maha Indah dan mencintai keindahan“.
Tunjukkan pada dunia kebanggan Anda sebagai seorang Muslim sejati. Tak perlu malu. Tak perlu minder. Tak perlu sungkan. Kita beramal dan berperilaku bukan agar dilihat manusia, melainkan untuk dinilai di sisi Rabb sekalian manusia. Ingat, hanya keledai yang terperosok dua kali dalam lubang yang sama. Jangan sampai, kita ikut-ikutan hewan satu ini. Kecuali, jika memang ingin disebut sebagai manusia keledai!
Selamat berintrospeksi dan semoga bermanfaat.
Ditulis oleh Chairul Sinaga, Santri Kelas III Aliyah, MATIQ Isy Karima
]]>