Setiap bulan Ramadhan, MATIQ Isy Karima mewajibkan santri kelas 1 yang akan naik kelas 2 untuk PKL ke beberapa daerah di Indonesia. PKL ini bertujuan sebagai latihan bagi santri untuk terjun ke masyarakat luas nantinya. Namun ada yang spesial dengan Ramadhan tahun ini. Ada beberapa santri yang melaksanakan PKL bukan di Indonesia, melainkan di negeri yang mayoritas penduduknya atheis, Jepang. Hal ini bermula dari kegigihan Haikal, Wafi dan Rifki, santri kelas 1 MATIQ browsing berbagai informasi PKL di luar negeri. Akhirnya mereka menemukan info lowongan PKL di Masjid Nagoya, Jepang selama bulan Ramadhan. Alhamdulillah mereka diberi izin oleh pihak Masjid Nagoya untuk bisa melaksanakan PKL di negeri Sakura ini.
Para santri PKL ini berangkat didampingi oleh Ustadz Dimyati. Sebelum berangkat ke Jepang mereka mendapat kesulitan dalam mengurus visa. Alhamdulillah dengan pertolongan Allah mereka bisa mendapatkan visa sebelum berangkat ke Jepang. Haikal, Wafi dan Rifki mendapatkan tiga tugas utama yang harus dijalankan selama PKL di Negara Sakura, diantaranya adalah :
- Menyampaikan, menyebarkan dan mendakwahkan al-Qur’an
- Mecari informasi peluang membuka cabang Isy Karima di sana
- Apakah ada tempat yang bisa dikunjungi oleh orang Muslim dari negara Jepang tersebut.
Sebelum melaksanakan PKL di masjid Nagoya, para santri ini diuji bacaan al-Qur’annya oleh Ketua Asosiasi Masjid Jepang. Setelah melewati tes ini, mereka dibagi menjadi kelompok. Ada yang bertugas mengimami di Masjid Nagoya dan yang lainnya Masjid Gifu yang meimiliki jarak tempuh kurang lebih 1 jam dari kota Nagoya. Masjid-masjid tempat mereka mengimami selalua penuh. Namun isinya kebanyakan dari negara lain seperti Mesir, Pakistan, Bangladesh, dan Malaysia. Adapun di Masjid Nagoya, santri Isy Karima hanya mengimami beberapa kali sholat dikarenakan sudah ada jadwal imam tetap dari Mesir. Sedangkan di Masjid Gifu, santri Isy Karima ini diberi jadwal tetap untuk mengimami Shalat Magribh, Isya’, Tarawih, dan Shubuh. Mereka juga diminta untuk mengajar TPA anak-anak dari Pakistan.
Menurut Ustdz Dimyati yang mendapingi para santri selama PKL di Jepang, kegiatan PKL ini berjalan lancar dan cukup berhasil. Hal ini dibuktikan dengan adanya surat keterangan dari pihak Masjid Nagoya dan Masjid Gifu yang berisi permintaan santri PKL kembali tahun depan untuk dikirim menjadi imam di masjid-masjid lainnya di Jepang.
Syaikh Abdul Wahab Al Quraysi, ketua Asosiasi Masjid yang berada di Nagoya, mengeluhkan bahwasanya beliau memiliki sekolah di Nagoya yang sudah tidak beroperasi selama 7 tahun dikarena kekurangan SDM. Setelah kegiatan PKL ini dapat diketahui bahwa Jepang sangat membutuhkan banyak SDM untuk menyebarkan cahaya Islam di sana. Adapun beberapa SDM yang berada di Jepang masih memiliki beberapa kendala, salah satunya komunikasi. Umat Islam yang berada di Jepang kebanyakan adalah kaum pendatang yang belum pandai berbahasa Jepang. Sedangkan saat ini Jepang sangat membutuhkan dai-dai yang bisa berbahasa Jepang. Sebagaimana yang kita ketahui bahwasanya masyarakat Jepang sangat berpegang teguh dengan budaya dan bahasa mereka. Kabar baiknya Isy Karima mendapatkan wakaf sebuah International Preschool dari Asosiasi Masjid Nagoya. Alhamdulillah, semoga cita-cita Isy Karima untuk lima benua bisa segera terwujud. Barokallahu fiikum para huffazh yang berdakwah di Negeri Sakura. Semoga Allah senantiasa meridhoi dan memberkahi setiap langkah kita. Aamiin.
]]>