“Ya Allah… Masalah yang satu belum selesai udah dateng lagi masalah yang lain.”
“Ya Allah… Kuatkan hamba dalam menghadapi ujian darimu.”
Sekian banyak ucapan yang pernah kita dengar atau bahkan kita ucapkan sendiri, entah berupa keluhan atau do’a seperti di atas. Hal ini mengisyaratkan seseorang tengah mengalami suatu ujian hidup. Ia tengah mengharapkan ketegaran dalam menghadapi ujian serta kekuatan. Terkadang kita pun belum tentu kuat jika kita diberikan ujian sepertinya. Karena masing-masing kita memiliki kadar ujian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Ada mereka yang diberi ujian kehilangan benda tersayang atau rusak, lalu ia menangis meraung-raung. Adapula yang diberi ujian kematian saudara terdekat bahkan orang tuanya, tapi ia tabah meski terisak-isak. Yah, namanya juga kadar keimanan masing-masing kita berbeda.
Masalah, tantangan, ujian, cobaan, entah apalagi sebutannya. Yang jelas dalam menjalani kehidupan ini, seiring bertambahnya usia kita, otomatis pula ujian yang kita hadapi akan bertambah, entah bertambah banyak atau bertambah sulit. Baik masalah pribadi, keluarga, masyarakat akan semakin “kompleks” alias bertambah “ruwet”.
Adapun manusia tak akan lagi berpikir sederhana sebagaimana saat ia masih kecil, dulu. Yang saat itu isinya hanya bermain, makan, tidur, pokoknya seputar itu saja. Seiring bertambahnya usia, maka masalah yang kita hadapi pun akan semakin kompleks. Masalah kehidupan kita, jika tidak diatur dengan baik dan bijak dapat membuat jiwa-jiwa kita terguncang. Ditambah lagi jika kita jauh dari keimanan alias lemah iman. Kegagalan dalam menghadapi tantangan serta problem kehidupan pula tak jarang menyisakan tekanan batin yang berlebihan bagi sebagian orang. Atau pada tingkat yang lebih parah, stress pun akan melanda. Padahal, dalam hidup yang namanya gagal dan jatuh itu pasti ada. Sebagaimana peribahasa “Roda terus berputar, adakalanya yang diatas akan berada dibawah”. Jadi, tak selamanya kita selalu diatas dan dapat menyelesaikan dengan mulus masalah-masalah kita, bukan?
Sekedar gagal dalam satu atau dua permasalahan dalam hidup kita ini, sebenarnya tak bisa dianggap sebagai kegagalan dalam hidup. Permisalannya, tak selamanya orang yang tak berpendidikan tinggi dan tak memiliki ijazah, ia tak akan berhasil dalam hidupnya. Kenyataannya, justru malah banyak pengusaha yang ternyata dulu dalam hidupnya, pernah putus sekolah bahkan tak memiliki ijazah, kini menjadi pengusaha-pengusaha sukses. Adapun bagi seorang muslim, sekedar sukses dalam hal dunia belaka tapi gagal dalam hal agama itu adalah sebuah bencana baginya. Karena sukses yang sesungguhnya bagi seorang muslim ialah “Husnul Khootimah”.
Maka solusi utama saat cobaan datang yakni dengan memperkokoh keimanan. Iman yang kokoh lagi kuat akan mendatangkan kebahagiaan hidup, baik didunia maupun di akhirat. Keimanan akan menuntut lisan kita untuk berbahasa yang santun. Keimanan akan menuntut tangan kita ringan dalam membantu saudara seiman. Keimanan pula akan menuntut kita untuk menyayangi sesama makhluk-Nya. Tetapi yang namanya keimanan tak selamanya di atas alias tak selalu berada pada ketaatan. Adakalanya iman itu naik dengan ketaatan yang kita lakukan, adakalanya pula turun dengan kemaksiatan yang telah kita lakukan. Sebagaimana yang terdapat dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Maajah :
عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ الْإِيمَانُ يَزْدَادُ وَيَنْقُصُ
dari Mujahid dari Abu Darda` ia berkata; “Iman itu bertambah dan berkurang.”
Adapun beberapa faktor penyebab turunnya iman seseorang ialah :
- Faktor Internal (dari dalam)
Diantaranya :
- Jahil(Bodoh). Bodoh terhadap ilmu agama maka akan membawa celaka dunia akhirat. Bodoh terhadap ilmu dunia tak selamanya membawa sengsara. Meski tak menutup kemungkinan kita tetap harus mempelajarinya.
- Ketidak pedulian
- Keengganan serta melupakan kewajiban
- Menyepelekan perintah Allah
- Jiwa yang selalu bermaksiat
- Faktor Eksternal(dari luar)
- Bujuk rayu setan Bujuk rayu syeithon terkadang lebih kuat daripada suara hati kita. Baik itu syeithon berbentuk manusia atau wujud aslinya. Kuat-kuatlah melawannya.
- Hubbuddunyaa (bujuk rayu dunia) Dunia, dijadikan indah bagi yang melihatnya. Dunia hanya sementara, kawan. Tak selamanya kita tinggal disini. Ada kehidupan yang pasti dan abadi kelak. Waspadalah terhadap kenikmatan dunia yang dihidangkan kepada kita.
- Buruknya pergaulan dan teman Teman yang baik ialah ia yang ketika kamu melihatnya akan mengingatkan kamu pada ketaatan kepada Allah. Berhati-hatilah memilih teman.
Setelah mengetahui beberapa faktor penyebab turunnya iman, ada baiknya kita juga tahu beberapa factor yang dapat membuat hati tenang serta tetap pada keimanan :
- Selalu ingat kepada Allah
- Selalu bertaqawa kepada Allah
- Senantiasa bertaubat dan beristighfar
- Berprasangka baik
- Berusaha dengan tawakkal yang sempurna.